Headlines News :
Home » » PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DI INDONESIA

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DI INDONESIA

Written By ria putri on Jumat, 04 Januari 2013 | 23.30


KONFERENSI BUDAYA NASIONAL 2012
UNIVERSITAS UDAYANA BALI






Diusulkan oleh :
Ria Putri Palupijati
10110241009
2010

Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Program Studi Kebijakan Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta 



PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DI INDONESIA

Indonesia mempunyai berbagai macam suku, bangsa, ras, agama, dan golongan dikarenakan faktor geografis Indonesia yang menyebabkan perbedaan budaya antar wilayah dan faktor sejarah yang mencatat bahwa sudah sejak lama bangsa ini melakukan social interaction dengan budaya bangsa lain seperti India, Cina, Gujarat, Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Sehingga tidak dapat dipungkiri, Indonesia mempunyai berbagai macam budaya yang berkembang pada masing-masing kelompok masyarakat. Heterogenitas dalam masyarakat di Indonesia menjadi suatu ancaman dan peluang bagi Indonesia.
Ancaman yang ditimbulkan oleh heterogenitas masyarakat Indonesia adalah adanya konflik horisontal yang akan mengancam integrasi bangsa. Sudah banyak realitas sosial adanya konflik horisontal yang terjadi di Indonesia, sebut saja konflik yang terjadi di Aceh, di Bima, di Lampung, di Poso, di Lombok, di Papua, di Sampit dan masih banyak konflik latent yang belum terexpose di media. Konsep holistic of peace (kedamaian menyeluruh) di masyarakat  menjadi sebuah cita-cita yang jauh dari kenyataan, jika konflik-konflik ini terus dibiarkan dalam masyarakat yang heterogen seperti Indonesia. Sedangkan dalam pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyebutkan bahwa salah satu cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah turut mewujudkan perdamaian dunia. Ketidakhadiran pemerintah dalam pengelolaan konflik tersebut semakin memperparah dampak yang ditimbulkan dari konflik horosontal tersebut sedangkan, jika konflik tersebut dikelola dengan management conflict yang baik tentunya akan menjadi suatu peluang bagi Indonesia untuk pembangunan karakter dimasyarakat.
Peluang lainnya adalah lahirnya konsep multikulturalisme dimasyakarat. Konsep ini menjadi suatu peluang bagi masyarakat karena multikulturalisme merupakan salah satu dasar hidup yang dibutuhkan untuk melakukan pembangunan karakter yang tangguh. Dasar hidup ini disampaikan oleh Prof Zamroni pada Simposium Pendidikan tanggal 17 November 2012, sedangkan dasar hidup lainnya adalah etika, kejujuran, tanggung jawab, cinta pada pekerjaan, mau bekerja keras, hormat pada aturan dan hukum dimasyarakat, berusaha keras untuk menabung dan investasi, dan tepat waktu. Kemajuan suatu bangsa akan dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang berkarakter tangguh tersebut. 
Multikultural tersebut dapat diimplementasikan melalui institusi sekolah karena dinilai efektif oleh perspektif makro dalam sosiologi pendidikan yaitu perspektif struktural fungsional. Perspektif ini banyak menekankan fungsi pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pendidikan merupakan agen sosialisasi yang dapat menanamkan nilai-nilai pada peserta didik.
Karakter manusia tidak hanya dilahirkan, namun dikembangkan. Karakter dikembangkan melalui proses pengenalan ”nilai hidup” dan budaya melalui tiga lembaga utama, yaitu (1) keluarga; (2) masyarakat dan (3) lembaga pendidikan (Hanum, 2012). Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan multikultural di sekolah di nilai mampu untuk mentransformasikan nilai-nilai multikultural tersebut pada peserta didik. Pada dasarnya pendidikan multikultural adalah  pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (global) (Mahady dalam Mahfud, 2006).
Pendidikan multikultural mempunyai ciri-ciri, yaitu 1) tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya 2) materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis 3) metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis 4) evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah laku terhadap budaya lainnya (Choirul, 2006). Menurut H.A.R Tilaar ada lima program prioritas pendidian multikultural sebagai berikut 1) lembaga pendidikan sebagai pusat budaya 2) pendidikan kewarganegaraan 3) kurikulum pendidikan multikultural 4) kebijakan perbukuan 5) pendidikan guru. Dengan mengacu pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pendidikan multikutural dapat membentuk karakter bangsa seseorang karena nilai-nilai yang diajarkan pada pendidikan multikultural ternyata dapat membentuk karakter bangsa seseorang.
Pendidikan karakter mempunyai enam pilar atau enam aturan dasar dalam kehidupan (six basic rules of living) meliputi kejujuran (trustworthiness), rasa hormat (respect) tanggung jawab (responsibility), keadilan (fairness), kepedulian (caring), dan warga Negara yang baik (good citizenship) (http://www.character.org). Apabila masyarakat Indonesia, khusunya peserta didik mendapat pendidikan multikultural yang sesuai dengan kaidahnya, maka diharapkan dapat membentuk karakter bangsa yang positif. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa H.A.R Tilaar berpendapat bahwa pendidikan multicultural telah merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar di dalam membangun Indonesia Baru.
            Konsep Indonesia baru yang diharapkan adalah Indonesia yang lebih demokratis melalui pendidikan multikultural yang juga mengajarkan nilai-nilai demokratis yang ada pada diri karakter peserta didik seperti pengakuan terhadap pluralisme budaya yang merupakan salah satu implementasi dari kehidupan yang demokratis. 


DAFTAR PUSTAKA

Hanum, Farida. 2012. Peran Pendidikan Karakter dalam Menanggulangi Konflik SARA makalah
            disampaikan dalam Simposium Pendidikan. Himpunan Mahasiswa Kebijakan Pendidikan
FIP UNY. Yogyakarta. 17 November 2012.
Mahfud, Choirul. 2005.Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme : Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam
            Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia






Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Mengenai Saya

Foto saya
Semua bunga esok hari ada dalam benih hari ini. Semua hasil esok hari ada dalam pikiran ini -Aristoteles-

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Entri Populer

 
Support : Creating Website | Tomy Template | Arvenz
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Not Only About Education , It's About Me - All Rights Reserved
Template modif by Tomy Work with Arvenz