KONFERENSI BUDAYA NASIONAL 2012
UNIVERSITAS UDAYANA BALI
Diusulkan oleh :
Ria Putri Palupijati
10110241009
2010
Jurusan Filsafat dan Sosiologi
Pendidikan
Program Studi Kebijakan Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI
SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DI INDONESIA
Indonesia mempunyai
berbagai macam suku, bangsa, ras, agama, dan golongan dikarenakan
faktor geografis Indonesia yang
menyebabkan perbedaan budaya antar
wilayah dan faktor sejarah yang
mencatat bahwa sudah sejak lama bangsa ini melakukan social interaction dengan
budaya bangsa lain seperti India, Cina, Gujarat,
Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Sehingga tidak dapat dipungkiri,
Indonesia mempunyai berbagai macam budaya yang berkembang pada masing-masing
kelompok masyarakat. Heterogenitas
dalam masyarakat di Indonesia
menjadi suatu ancaman dan peluang
bagi Indonesia.
Ancaman
yang ditimbulkan oleh heterogenitas masyarakat Indonesia adalah adanya konflik horisontal yang akan mengancam
integrasi bangsa. Sudah banyak realitas sosial adanya konflik horisontal yang
terjadi di Indonesia, sebut saja konflik yang terjadi di Aceh, di Bima, di Lampung, di Poso, di Lombok, di Papua, di Sampit
dan masih banyak konflik latent yang belum terexpose di media. Konsep holistic
of peace (kedamaian menyeluruh) di masyarakat menjadi sebuah cita-cita yang jauh dari
kenyataan, jika konflik-konflik ini terus dibiarkan dalam masyarakat yang
heterogen seperti Indonesia. Sedangkan dalam pembukaan UUD 1945 dengan jelas
menyebutkan bahwa salah satu cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah turut mewujudkan perdamaian dunia. Ketidakhadiran
pemerintah dalam pengelolaan konflik tersebut semakin memperparah dampak
yang ditimbulkan dari konflik horosontal tersebut sedangkan, jika konflik
tersebut dikelola dengan management conflict yang baik
tentunya akan menjadi suatu peluang bagi
Indonesia untuk pembangunan karakter dimasyarakat.
Peluang
lainnya adalah lahirnya konsep
multikulturalisme dimasyakarat. Konsep ini menjadi suatu peluang bagi
masyarakat karena multikulturalisme
merupakan salah satu dasar hidup yang dibutuhkan untuk melakukan pembangunan
karakter yang tangguh. Dasar hidup ini disampaikan oleh Prof Zamroni pada
Simposium Pendidikan tanggal 17 November 2012, sedangkan dasar hidup lainnya
adalah etika, kejujuran, tanggung jawab, cinta pada pekerjaan, mau bekerja
keras, hormat pada aturan dan hukum dimasyarakat, berusaha keras untuk menabung
dan investasi, dan tepat waktu. Kemajuan suatu bangsa akan dipengaruhi oleh
sumber daya manusia yang berkarakter tangguh tersebut.
Multikultural
tersebut dapat diimplementasikan
melalui institusi sekolah karena dinilai efektif oleh perspektif makro dalam
sosiologi pendidikan yaitu perspektif
struktural fungsional. Perspektif ini banyak menekankan fungsi pendidikan
dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pendidikan merupakan agen
sosialisasi yang dapat menanamkan nilai-nilai pada peserta didik.
Karakter manusia tidak
hanya dilahirkan, namun dikembangkan. Karakter dikembangkan
melalui proses pengenalan ”nilai hidup” dan budaya melalui tiga lembaga utama,
yaitu (1) keluarga; (2) masyarakat dan
(3) lembaga pendidikan (Hanum, 2012). Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan multikultural di sekolah di nilai mampu untuk
mentransformasikan nilai-nilai multikultural tersebut pada peserta didik.
Pada dasarnya pendidikan multikultural
adalah pendidikan tentang keragaman
kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis dan kultural lingkungan
masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (global) (Mahady dalam
Mahfud, 2006).
Pendidikan
multikultural mempunyai ciri-ciri, yaitu 1) tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya 2) materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis 3)
metodenya demokratis, yang
menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok
etnis 4) evaluasinya ditentukan pada penilaian
terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah
laku terhadap budaya lainnya (Choirul, 2006). Menurut H.A.R Tilaar ada lima
program prioritas pendidian multikultural sebagai berikut 1) lembaga pendidikan
sebagai pusat budaya 2) pendidikan kewarganegaraan 3) kurikulum pendidikan
multikultural 4) kebijakan perbukuan 5) pendidikan guru. Dengan mengacu pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya
pendidikan multikutural dapat membentuk karakter bangsa seseorang karena
nilai-nilai yang diajarkan pada pendidikan multikultural ternyata dapat membentuk
karakter bangsa seseorang.
Pendidikan
karakter mempunyai enam pilar atau enam aturan dasar dalam kehidupan (six basic rules of living) meliputi
kejujuran (trustworthiness), rasa
hormat (respect) tanggung jawab (responsibility), keadilan (fairness), kepedulian (caring), dan warga Negara yang baik (good citizenship) (http://www.character.org). Apabila
masyarakat Indonesia, khusunya peserta didik mendapat pendidikan multikultural
yang sesuai dengan kaidahnya, maka diharapkan dapat membentuk karakter bangsa
yang positif. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa H.A.R Tilaar berpendapat bahwa pendidikan multicultural telah merupakan
suatu tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar di dalam membangun Indonesia
Baru.
Konsep
Indonesia baru yang diharapkan adalah Indonesia yang lebih demokratis melalui
pendidikan multikultural yang juga mengajarkan nilai-nilai demokratis yang ada
pada diri karakter peserta didik seperti pengakuan terhadap pluralisme budaya
yang merupakan salah satu implementasi dari kehidupan yang demokratis.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanum,
Farida. 2012. Peran Pendidikan Karakter
dalam Menanggulangi Konflik SARA makalah
disampaikan dalam Simposium
Pendidikan. Himpunan Mahasiswa Kebijakan Pendidikan
FIP
UNY. Yogyakarta. 17 November 2012.
Mahfud,
Choirul. 2005.Pendidikan Multikultural.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susan,
Novri. 2009. Sosiologi Konflik dan
Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Tilaar,
H.A.R. 2004. Multikulturalisme :
Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi
Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !